URGENSI KESEHATAN MENTAL
Oleh abbyrose, 2019
Sumber: Dok. Pribadi
Dewasa ini, kesehatan
seringkali diabaikan khususnya oleh generasi milenial. Jika kesehatan biasa
diidentikan dengan kesehatan fisik atau jasmani, kesehatan jiwa atau rohani
juga tidak kalah penting. Namun, saat ini pengaruh gawai atau smartphone secara
masif telah menyita waktu pemuda-pemudi. Membuat mereka sibuk dan tenggelam
kedalam dunia yang tak nyata, membuat mereka malas bergerak, membuat mereka
antisosial, dan yang lebih mengkhawatirkan yaitu mempengaruhi emosi kejiwaan
mereka-menjadi sosok dengan tempramen yang buruk.
Merupakan hal yang miris,
mengetahui fakta bahwa beberapa tahun terakhir ini pasien Rumah Sakit Kejiwaan
didominasi oleh anak usia 5 sampai 25 tahun. Tak lain, penggunaan
gawai yang tidak bijaklah yang mendasari hal tersebut. Sudah selayaknya, orang
tua sebagai madrasah pertama, memberikan contoh dan edukasi mengenai gawai
kepada anak-anaknya. Dan kita, sebagai generasi milenial yang berintektual, harus
dapat bertangung jawab terhadap diri sendiri dan memberikan literasi kepada
orang terdekat.
Selain gawai, kesehatan mental
juga dapat disebabkan oleh luka batin yang pernah dialami seseorang semasa
hidupnya. Hal terebut bisa berupa; ketidakberhargaan diri yang disebabkan oleh
penolakan lingkungan, rasa insecure yang disebabkan oleh didikan orangtua yang
selalu menekan, trauma yang diakibatkan oleh kekerasan seksual, depresi yang
diakibatkan oleh kegagalan dalam mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif,
putus cinta, diselingkuhi, dan masih banyak lagi.
Disamping itu, kesehatan
mental-emosi yang stabil-jiwa yang baik harus sangat diperhatikan saat kita
akan menikah. Sebagian orang menganggap, “ya jalani saja”. But, dalam
implementasinya, pernikahan membutuhkan persiapan yang matang. Baik dalam segi
kejiwaan-emosi, pengetahuan, dan finansial. Kenapa kesehatan mental dalam
pernikahan menjadi poin penting? Mungkin, kita bisa memilih siapa suami kita,
namun kelak anak-anak kita tidak bisa memilih siapa ayah mereka. Bayangkan,
jika ternyata pasangan kita memiliki sikap yang buruk, terhadap kita juga
anak-anak. Bagaimana jika jiwa anak kita menjadi korban juga?
Tanaman saja harus selalu kita
siram dan beri pupuk agar tumbuh dengan baik. Apa kabar dengan jiwa kita? Ya.
Jiwa juga harus dijaga dan dirawat agar selalu dalam kondisi yang baik. Ada
berbagai macam cara untuk menjaga dan merawat jiwa. Namun, yang utama, kita
sendiri harus mengetahui bagaimana kondisi kejiwaan kita; Apakah kita sedang
depresi?, apakah kita seseorang yang mood swing? – Untuk lebih pastinya, kita
dapat memeriksakan diri kita kepada psikolog atau psikiater. (Ingat ya Smart
People, memiliki masalah kejiwaan bukan berarti kita Gila, depresi juga
merupakan masalah kejiwaan loh).
Jika ternyata kita dalam
kondisi jiwa yang sehat, kita dapat terus menjaga dan merawatnya dengan cara
berikut; Bijak dalam mengunakan gawai, menjauhi toxic people, menonton tayangan
yang bermutu (Misalnya, tidak memonton film Joker karena film terebut memiliki
dampak psikologis yang berbahaya terumata jika yang menonton memiliki masalah
kejiwaan atau pengalaman serupa), berolahraga, berpiknik atau jalan-jalan dan
yang paling penting serta utama adalah beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa –
karena dengan beribadah; hati, pikiran, dan jiwa menjadi tenang. If you not
believed me? Try It!
Kesehatan fisik memang penting,
tapi kesehatan jiwa tak kalah penting. Berbagi masalah lah pada orang yang
tepat ya Smart People. Sayangilah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum menyayangi
orang lain. Dan ingat! Adalah hal yang wajar jika diri kalian tidak merasa
bahagia, terimalah hal tersebut. Karena sama halnya seperti kematian yang
merupakan bagian dari kehidupan, begitupun ketidakbahagiaan yang merupakan
bagian dari kehidupan.
#LoveSoul #KesehatanMental #SayangiDiri


